Semilir angin kian lembab
Lahirkan titik titik embun diujung dedaunan
Jangkrik bersiul merdu
Sayup suara Ku si burung hantu
Suasana malam yang kian pekat nan senyap
Temaniku dalam pilu
Aku tergugu, Gejolak rindu seolah membeku
Rembulan yang tinggal separuh Mengintip dari celah jendela kamarku
Dia pun terlihat agak sendu Meski tetap tersenyum merayu
Seolah dia tahu gundahku...
Oh rembulan tahukah engkau...
Diujung langit mana dia terbang?
Tak satupun nampak jejak juga bayang
Masihkah rindu ini harus ku genggam
Hingga sampai saat itu menjelang
Aku mencintainya sepenuh hati
Amat merinduinya meski telah pergi
Ku hanya ingin bertatap Walau hanya sekejap
Namun itu takkan mungkin terjadi
Tidakkah seharusnya rasa ini telah mati
Dan sirna dari hati ini...
Namun dia tetap bertahta di palung sanubari...
Memang Seharusnya Begitu:
Maafkan aku yang memang redup...
tak pantas mengharap kemuliaan seorang bidadari sepertimu
Apabila engkau menutup pintu dan tak memberi seberkas cahaya, tak apa
Memang seharusnya begitu...
Dan kiranya aku merangkak dan kau tak melihatku, tak apa
Memang di luar sana benyak pujangga yang sanggup menuliskan ribuan sajak untukmu
Dan aku hanya memetik bunga violet dari taman depan
Di luar sana banyak saudagar yang sanggup mempersem bahkan villa mewah untukmu
Dan aku hanya bisa membangun gubuk di desa...
Pun rembulan walau ia tak bertemu mentari ia tetap memberikan cahayanya
Dan rembulan dengan senang hati memantulkannya kembali demi bumi agar tidak gelap
sumber: Jadilah.com
Lahirkan titik titik embun diujung dedaunan
Jangkrik bersiul merdu
Sayup suara Ku si burung hantu
Suasana malam yang kian pekat nan senyap
Temaniku dalam pilu
Aku tergugu, Gejolak rindu seolah membeku
Rembulan yang tinggal separuh Mengintip dari celah jendela kamarku
Dia pun terlihat agak sendu Meski tetap tersenyum merayu
Seolah dia tahu gundahku...
Oh rembulan tahukah engkau...
Diujung langit mana dia terbang?
Tak satupun nampak jejak juga bayang
Masihkah rindu ini harus ku genggam
Hingga sampai saat itu menjelang
Aku mencintainya sepenuh hati
Amat merinduinya meski telah pergi
Ku hanya ingin bertatap Walau hanya sekejap
Namun itu takkan mungkin terjadi
Tidakkah seharusnya rasa ini telah mati
Dan sirna dari hati ini...
Namun dia tetap bertahta di palung sanubari...
Memang Seharusnya Begitu:
Maafkan aku yang memang redup...
tak pantas mengharap kemuliaan seorang bidadari sepertimu
Apabila engkau menutup pintu dan tak memberi seberkas cahaya, tak apa
Memang seharusnya begitu...
Dan kiranya aku merangkak dan kau tak melihatku, tak apa
Memang di luar sana benyak pujangga yang sanggup menuliskan ribuan sajak untukmu
Dan aku hanya memetik bunga violet dari taman depan
Di luar sana banyak saudagar yang sanggup mempersem bahkan villa mewah untukmu
Dan aku hanya bisa membangun gubuk di desa...
Pun rembulan walau ia tak bertemu mentari ia tetap memberikan cahayanya
Dan rembulan dengan senang hati memantulkannya kembali demi bumi agar tidak gelap
sumber: Jadilah.com
2 komentar:
sebuah puisi keresahan dan kegelisahan..sangat bagusss..
keresahan yg melahirkan ketenangan brooo....
Posting Komentar